Tuesday, May 25, 2010

Senja Menggila di Malkem part 2


Yeahh….Akhirnya bisa meneruskan cerita petualangan kita di malkemb(malang kembali,red)yang kemaren sempat terputus. Tanpa basa basi, langsung saja kita lanjutkan cerita tentang keganasan ceker mercon yang telah merusak susunan saraf pedas di seluruh tubuh kami para petualang kuliner nan gagah berani... Serangan badai pedas yang sangat dahsyat, yang dilakukan oleh ceker setan kepada kami ini, tidak serta merta membuat kami jera dan berhenti menyiksa tubuh dan jiwa kami demi mengalami sensasi cita rasa yang baru…

Kami berempat para petualang kuliner telah bertekad bulat melewati penyiksaan pedas dari ceker mercon. Setelah beberapa jam berlalu dengan ditemani segulung tisu untuk mengelap peluh dan beberpa umpatan, cacian dan makian memuji kepedasan sang ceker dan dengan segala keterbatasan fisik serta mental kami berempat... akhirnya yang berhasil melewati siksaan ceker ini hanyalah ateng di urutan pertama dengan waktu makan ½ jam, dan budi dengan waktu makan ¾ jam, sedangkan saya dan ilman telah mati kepedesan ditengah perjalanan derita ini…

Setelah puas mengumpat dan cengengesan menertawakan wajah wajah para kuli yang hampir mati kepedasan oleh ceker mercon, perjalanan suci kami menyelusuri malkemb pun kami lanjutkan, dengan satu tekat bulat mencari makanan penutup atau bahasa gaulnya dessert. Ada beberapa makanan penutup untuk petualangan kita kali ini. Salah satunya adalah makanan kenangan masa lalu yang saat ini sudah jarrang sekali ditemukan, yakni sejenis jajanan pasar. Jajanan ini sering ditemui di pasar-pasar tradisional masa lalu, ada beberapa jenis varian menu salah satunya yang kita cicipi adalah gatot (Rp.1000,-) dan bledhos (Rp.1000,-) (kalau tidak salah namanya, maaf ingatan saya lemah)

Kita awali mulai dari bledhos. Bledhos merupakan makanan yang sangat sederhana namun cukup menyenangkan, bledhos sendiri adalah sejenis jagung rebus yang di ditelanjangi dari badannya... Maksut saya, biji jagung yang dipisahkan dari badan jagungnya, lalu ditambahkan semacam parutan kelapa dan diberikan taburan pemanis dari gula. Sewaktu kecil seingat saya gulanya adalah berupa gula pasir yang ditaburkan dengan liar tanpa diolah, tapi kali ini sedikit berbeda karena gula campuran bledhos disini adalah gula jawa yang dicairkan, entah mana resep yang otentik... tapi kalau saya lebih suka gula pasir biasa, karena tidak menimbulkan efek pliket(lengket-lengket yang tidak menyenangkan,red). Namun karena tidak disediakannya sendok, maka terpaksa kita makan dengan tangan (muluk,red). Selain itu, menurut saya rasa gula pasir yang lebih jernih dapat memberikan rasa manis yang lebih ringan ketimbang gula jawa yang dicairkan pada blendhos kali ini... yang tak kalah khasnya adalah penyajian bledhos yang menggunakan pincuk (daun pisang, yang dibentuk seperti piring) membuatnya sangat menarik, warna hijau daun, bercampur warna kuning jagung dan sedikit putih dari parutan kelapa sangatlah centil menggoda siapapun yang melihatnya..

Tentang rasanya perpaduan dari berbagai bumbu dengan jagung rebus menimbulkan rasa jagung yang herbal bercampur dengan gurihnya kelapa, dan manisnya gula, memberikan rasa bahagia disamping kenangan masa kecil yang tiba-tiba melintas kembali di kepala, saat saat diajak pergi ke pasar dengan ibu dan dengan cinta kasihnya membelikan jajanan ini..

,,, masa masa yang sangat manis dan menyenangkan,,,,

Sedangkan untuk gathot, Gathot adalah menu yang tidak kalah unik, dari bentuknya saja terlihat sangat eksotis, berwarna hitam dengan bentuk yang sangat abstrak seperti apa ya….mmm…. kecil kecil, seperti remahan roti, tapi lebih besar dan padat, seperti ledog atau tanah lempung tapi yang sudah kering,,, maaf ini deskripsi terbaik kami, gambarnya tidak sempat kami ambil karena tangan kami sedang penuh sesak dengan makanan. Sama dengan bledhos, untuk finishing penyajian gathot juga memakai kelapa parut, nampaknya ini finishing terbaik yang diketahui orang jaman dulu. Bahan dasar pembuatannya adalah dari ketela yang direbus lalu diinjak injak, sehingga tercipta komposisi yang teramat menarik ini,,

Untuk rasanya, sangatlah tak terduga... warna hitam habis diinjak kaki identik dengan pahit, hina, najis... tetapi rasa gatot yang sebenarnya adalah…………. asin………… bercampur dengan gurihnya parutan kelapa, kombinasi… gurih,,,,asin,,,,,hitam,,,,remahan,,,,, satu satunya yang bisa saya katakan adalah……upil….. kenapa upil?? Karena memang kita serasa memakan upil dari bentuk rasa dan warna yang sangatlah mendukung,,,

Puas memakan jajanan pasar dan serangkaian menu yang tersaji di arena malkemb, terjadi saat-saat pencerahan dimana saya teringat pepatah lama yang mengatakan “mari mangan gak rokokan,rasane koyok dikamplengi jepang". Artinya sehabis makan tidak merokok,seperti dipukuli tentara jepang... yang memang pernah eksis menjajah Indonesia, pada waktu yang telah lalu…

Dan tak jauh dari saat saat pencerahan pepatah ini ada 2 orang penjual rokok, yang menjual sejenis rokok dari kelas kretek (rokok tanpa busa filter) yang sangat langka dan sudah hampir punah. Saya yang bukan perokok tetap pun menjadi tergoda untuk mencobanya, yakni dengan nama spesiesnya adalah ……rokok klobot……. Berbeda dengan rokok kretek jaman sekarang, yang sangat padat dan dibungkus dengan kertas serta dengan kandungan nikotin yang cukup tinggi, rokok ini hanya berisi tembakau (nampaknya tidak ada campuran cengkeh ataupun bumbu yang lain) dengan kepadatan yang tidak begitu tinggi dan dibungkus oleh klobot (daun jagung kering), membuatnya sangat ringan untuk dihisap dan memiliki rasa yang sangat murni dan jujur. Tampilannya yang sangat herbal dengan bungkus daun jagungnnya membuat rokok ini sangat layak dicoba, karena memiliki citarasa yang sangat khas dan tersendiri.

Setelah selesai mencuci mulut kami dengan sedikit asap, kamipun melanjutkan pencucian otak makanan kami dengan jajanan yang selalu ada tiap malkemb hadir di dunia, yakni permen gulali atau bahasa populernya lollipop. Permen ini terbuat dari gula yang diolah sehingga menjadi lengket mengkaramel dan dihidangkan dengan taburan bumbu kacang membuat manis malkemb taun ini akan terus terekam tak pernah mati…

Sang raja mentaripun mulai beranajak menghilang berganti dengan putri rembulan, senja menggila di malkemb berjalan dengan lancar dan sukses, memberikan pengalaman cita rasa yang baru serta secuil kenikmatan dunia yang sedikit menghibur kami meninggalkan hiruk pikuk dunia dari rutinitas yang sangat menjemukan, dan menanti hari esok untuk melakukan runtinitas membosankan itu lagi……

Sampai bertemu kembali di tempat yang baru, masakan yang baru, dan tentunya cita rasa yang baru,,,,
Salam perdamaian untuk semua penghuni dunia,,,,

Pisss……