Friday, January 14, 2011

500 Days of Summer (2009)

Director: Marc Webb
Writers: Scott Neustadter, Michael H. Weber
Stars: Zooey Deschanel, Joseph Gordon-Levitt and Geoffrey Arend


Sebelumnya, ini merupakan rubrik movie review saya yang pertama.. selamat iqro'.. :)


500 Days of Summer adalah sebuah film bergendre drama yang unik.. Layaknya pelm drama kebanyakan, pelm ini juga bercerita tentang sebuah hubungan 2 orang anak manusia.. Dikisahkan Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt), yang merupakan seorang pegawai perusahan kartu ucapan, bertemu dengan Summer Finn (Zooey Deschanel) yang merupakan sekretaris baru di perusahaan itu. Kisahnya sangat sederhana, dimana Tom Hansen jatuh cinta pada Summer, namun Summer merupakan seorang gadis yang tidak percaya pada yang namanya cinta sejati.. Awal perkenalan mereka di lift kantor, dimana Tom memasang headphone di telinganya yang memainkan lagu the Smith "There Is a Light That Never Goes Out", dan Summer pun menyapa dan berkata "Smith, i like the Smith..".. Hingga merekapun berkenalan dan semakin dekat..


Hubungan Tom dan Summer berjalan dari hari ke hari.. Hubungan mereke sudah seperti orang pacaran, namun Summer tidak mau terikat dengan status "girlfriend/boyfriend" dan Tom menyetujui menjalani sebuah hubungan tanpa "label".. just let it flow..

Saya selalu menyukai film yang berhubungan dengan dunia arsitek, karena itu keren! Dan dalam film ini Tom sebenarnya memiliki sebuah cita-cita untuk menjadi seorang arsitek, namun karena ada beberapa hal cita-citanya (belum) terwujud..

Tapi jangan berfikir karena jalan cerita yang biasa menyebabkan film ini kurang menarik, justru sebaliknya karena meski kisahnya yang sederhana namun dengan detail-detail yang ciamik itulah yang membuat film ini menjadi tidak biasa.. Karena pekerjaanya yang sebagai penulis kartu ucapan, banyak sekali hal2 dan kata2 menarik yang muncul.. Yang paling saya suka adalah ketika tom menuliskan kata "I Love Us" dalam salah satu kartu ucapannya.. simple tapi kuat.. Selain itu juga banyak adegan-adegan menggelitik dalam scene film ini, seperti ketika mereka berdua saling meneriakkan kata "penis" secara kencang dan bergantian di sebuah taman terbuka.. sungguh konyol..


Dan jangan harap anda mendapatkan ending yang membahagiakan tentang hubungan mereka berdua, karna takdir tidak ada yang tahu bagaimana dan kapan datangnya.. tapi tenang, anda tidak akan melihat adegan "si cewek tertabrak mobil dan hilang ingatan" layaknya sinetron putri tertukar yang tayang di RCTI.. Ending tetap menarik, namun anda tidak akan menduganya..

Film ini disajikan secara apik dengan alur maju-mundur sepanjang 500 hari hubungan percintaan mereka.. Dan yang membuat saya memberikan nilai lebih dalam film ini adalah karena musiknya yang enak-enak, seperti: "Sweet Disposition" nya The Temper Trap, "Mushaboom" nya feist, dan tentu saja "There Is a Light That Never Goes Out" nya the Smith, meski masih ada tembang2 lain dari She & Him, Regina Spektor, Mumm-Ra dan masih banyak lainnya..

Dan saya memberikan 4 bintang untuk keseluruhan film ini, dan 5 bintang penuh untuk musik2 dalam film ini.. just cekidot teman2.. :)

Tuesday, January 11, 2011

Bekal Makan Siang (Lunch Box) : Bukan Sekedar Makan, Tapi Kasih Sayang


Saya mulai menulis hal ini karena saya tergerak melihat fenomena sesosok kotak makan siang (luch box)diatas meja makan pagi ini. Kotak makan siang itu milik adek bungsu saya yang sekarang duduk di bangku SMA kelas 3. Ibu saya memang membiasakan dan memfasilitasi untuk membawakan bekal makan siang untuk keluarga, tidak terkecuali untuk kakak saya yang sekarang sudah bekerja. Membiasakan dan memfasilitasi bukan berarti ibu saya memaksa anak2nya untuk membawa bekal, jika tidak mau maka ibu saya tidak akan memaksa. Saya membahas hal ini karena, tidak lain dan tidak bukan, saya dulu juga melakukannya (membawa bekal,red), namun bukan saat SMA melainkan mulai TK hingga SD kelas 6. Sebenarnya saya tetap melakukannya saat awal memasuki SMP, namun sayangnya hal ini (membawa bekal,red) dianggap hal yang tabu terutama untuk kaum lelaki. Yah.. membawa bekal dianggap sebagian orang sebagai hal yang banci, anak mama, dan tidak macho. Bodohnya, saya mengikuti main stream anggapan tersebut.. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan kebiasaan membawa bekal dan menggantinya dengan jajan di kantin ato lainnya.

Dari bekal makan siang adek saya tadi pagi, saya kembali berpikir, betapa bodohnya saya dulu karna mengikuti anggapan bahwa membawa bekal makan siang adalah sama dengan banci. Lantas apa salahnya membawa bekal makan siang? Bukankah itu lebih murah, bersih, dan bergizi.. Lalu apa berlaku sebaliknya, bila seorang cowok jajan, marung, yang biasanya diikuti dengan kegiatan merokok disebut macho dan gentle.. Kalo memang macho dan gentle harus diraih dengan mahal dan tidak sehat, saya lebih suka dibilang banci.. yah.. saya sepenuhnya juga tidak menyalahkan per induvidu tentang pandangan seperti itu, karena memang itu hak mereka untuk berpendapat. Mungkin permasalahan terletak pada mental bangsa yang sudah terlanjur dijajah oleh sikap hedonism sejak kecil.. Kiblat kehidupan bangsa yang secara tidak langsung merujuk pada negara adidaya amerika, saya rasa juga menjadi salah satu peran vital akan pembentukan perspektif ato sudut pandang bangsa ini. Memang saya tidak pernah menelitinya, ini hanya pandangan saya saja. Bangsa kita ini termasuk bangsa yang boros: mall dimana-mana, tempat makan dimana-mana, mobil mewah keluaran terbaru dimana-mana, hp dengan merk dan series terupdate dimana-mana, dan segala brand accesoris ternama juga dimana-mana yang tentu saja semua didapat dengan harga yang mahal. Bahkan ada seorang teman yang ganti hp tiap 6 bulan sekali bahkan kurang hanya untuk menyanding gelar gaul, fashionista ato apalah.. sungguh nista kehidupannya.. Sebenarnya saya lebih setuju, jika bangsa ini bercermin pada bangsa pesisir timur asia yaitu jepang. Sebuah negeri pencipta teknologi muhtahir yang tidak arogan. Mungkin lagi2 saya tidak melakukan riset ato penelitian langsung di negri itu, saya hanya melihat dari layar tv, film2 dorama (drama) jepang, ato dari sumber lain. Disana orang sangat sederhana, menggunakan teknologi seperlunya yang mereka butuhkan dan tidak berlebihan.

Sebelum pembicaraan semakin ngawur dan ngalor ngidul, saya akan kembali pada masalah bekal makanan. Di jepang, orang membawa bekal makanan adalah sebuah hal yang biasa dan banyak orang melakukanya, bahkan hingga lingkup kerja. Saya juga tidak tau mengapa mereka melakukanya, tp yang jelas saya cukup terpikat dengan sebuah bangsa yang beranggapan bahwa bekal makan siang adalah suatu hal yang normal bahkan wajib. Hingga, yang saya tahu, ada sebuah kompetisi di jepang (tv champion) yang mengangkat lomba menyiapkan bekal makan siang. Dan FYI (lagi gaul nih) orang jepang mempersiapkan bekal makan siang dengan sungguh2, bahkan memikirkan gizinya meski tetap memikirkan keefektifan waktu dalam membuatnya, tidak seperti emak2 di Indonesia, yang bahkan anak kecil usia TK dibawain bekal makan siang berupa mie instan yang cepat dan cenderung gak niat..






Unyu unyu banget kan lunch box nya? oleh karena itu, sekarang untuk cowok2 jangan malu untuk bawa lunch box ke sekolah ato ke kantor, sedang untuk cewek2 berkreasilah dengan lunch box anak ato suami anda, dijamin makin disayang deh.. unyu..